Kasus
penyakit jantung koroner akut terus meningkat dan sering berakhir
dengan kematian. Salah satu penyebab adalah ketidaktahuan masyarakat
tentang pencegahan dan gejala penyakit sehingga tidak cepat tertangani
pada stadium dini.
Hal ini dikemukakan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Utojo
Lubiantoro dari Jakarta Heart & Vascular Center RS Mitra Keluarga
Kelapa Gading, dalam seminar Current Clinical Practice Guidelines 2012
di Rumah Sakit Gatot Subroto, diadakan Komunitas Medik Katolik Indonesia
Wilayah Keuskupan Agung Jakarta.
Di Amerika Serikat, sindroma koroner akut jumlahnya tertinggi
dibandingkan penyakit lain, yaitu 931.108 kasus. Disusul kasus kanker,
553.768 orang.
Penyakit jantung koroner disebabkan penyempitan pembuluh darah akibat
penimbunan plak yang berlangsung dalam jangka waktu panjang. Hal ini
terkait pola hidup pasien yang tidak sehat, antara lain banyak
mengonsumsi makanan berkolesterol tinggi dan kurang serat, serta kurang
berolahraga.
”Penyakit jantung koroner berlangsung perlahan, hingga tidak disadari. Mereka umumnya terlambat berobat,” kata Utojo.
Gejala penyakit juga sering ditafsirkan salah. Gejalanya berupa dada
terasa tertekan, penuh, atau nyeri, hingga sesak napas disertai keringat
dingin, rasa mual, atau pusing. Nyeri tidak hanya di dada tapi juga di
bagian tubuh lain.
Pasien yang mengalami gangguan jantung, kata Utojo, mengalami nyeri di
belakang tulang dada, ada juga yang nyeri di belakang tulang dada
menjalar ke leher, bahu, hingga ke rahang. Rasa nyeri juga dapat
menyerang punggung di antara kedua belikat. Selain itu, nyeri di dada
bagian bawah atau ulu hati sering ditafsirkan sakit mag, padahal bisa
merupakan tanda gangguan jantung.
Karena menganggap sakit mag atau ”masuk angin”, pasien mendapat
pengobatan salah. Karena itu diagnosis yang tepat perlu ditegakkan
sedini mungkin.
Prinsip perawatan antara lain tindakan untuk mencegah trombosis,
meningkatkan pasokan oksigen, dan memulihkan aliran darah. Trombosis
adalah proses koagulasi dalam pembuluh darah yang berlebihan sehingga
menghambat aliran darah.
Upaya menekan kasus itu, kata Lukas Yusuf, Ketua Komunitas Medik Katolik
Indonesia Wilayah Keuskupan Agung Jakarta, dapat ditempuh dengan
memberikan panduan medis pada dokter umum. Mereka dapat menjadi jembatan
untuk penanganan lanjutan penyakit tersebut.
Pihaknya mengeluarkan buku panduan yang mencakup 21 tema penyakit utama
yang ditemukan di Indonesia. Penyakit itu dikelompokkan dalam penyakit
gangguan metabolik, dislipidemia, muskuloskeletal, serta penyakit
saluran napas dan alergi.
Sumber : Kompas Cetak, kompas.com
0 komentar :
Posting Komentar